Pasar Tradisional Memprihatinkan, Masyarakat Lebih Memilih Belanja di Pasar Swalayan
Alasan tersebut diungkapkan beberapa orang yang ditemui Kompas, Kamis (30/5). Misalnya, Sisilia (30), warga Pudak Payung,
Sementara, Kristin (30), warga Gang Baru,
Kondisi fisik pasar tradisional yang rusak dan kotor, menurut pedagang di Pasar Bulu, Murtini, mungkin merupakan penyebab semakin banyaknya orang yang lebih memilih berbelanja di pasar swalayan. "Dulu itu, orang yang berbelanja di Pasar Bulu banyak, tidak seperti sekarang, sepi," kata Murtini, yang berjualan selama 39 tahun di Pasar Bulu.
Turunnya pendapatan akibat berdirinya pasar swalayan di lokasi yang berdekatan dengan pasar tradisional pernah dialami sejumlah pedagang di Pasar Johar. Seorang pedagang buah di pasar tersebut, Sumiyati (35), menceritakan, ketika sebuah pasar swalayan masih berdiri di dekat Pasar Johar, ia hanya memperoleh pendapatan sekitar Rp 50.000 per hari. "Sedangkan saat pasar swalayan ditutup Januari lalu, pendapatan saya naik hingga Rp 70.000 per hari," jelas Sumiyati.
Ia tidak habis pikir, mengapa pasar swalayan tersebut lebih laku daripada pasar tradisional. Padahal, harga barang di pasar tradisional lebih murah daripada pasar swalayan. Sumiyati mencontohkan, harga satu kilo anggur di pasar swalayan Rp 11.700, sedangkan yang dijualnya Rp 11.500.
Sejumlah orang yang ditemui saat berbelanja di pasar tradisional mengatakan, salah satu alasan masih suka berbelanja di pasar tersebut ialah karena harga lebih murah. "Biar harus berbecek-becek, namun jatuhnya lebih murah," kata Ny Binawati, yang sedang berbelanja di Pasar Bulu. (ANA/M03/M11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar